Sunday, May 1, 2011

MENIKAH : AKU SANGGUP HIDUP DENGANNYA

Menikah, bukan hanya sekedar menyatukan dua orang dalam satu ikatan suci perkawinan.
Menikah, bukan perkara mudah atau sulit bagi pasangan yang menjalaninya tetapi bagaimana kita memandangnya dan menyikapinya.

Tidak sedikit orang yang menganggap sulit mengambil keputusan untuk menikah sehingga membiarkan dirinya dalam kesendirian yang lama dan tidak sedikit pula orang yang terlalu mudah mengambil keputusan sehingga berani menikah muda.

Menikah, memang memerlukan persiapan khusus. Tidak hanya materi........mulai dari biaya nikah dan resepsi ( yang kebanyakan orang menginginkan resepsi pernikahan yang megah..padahal sebaik - baiknya mahar adalah yang paling murah dan Rasulullah SAW tidak menyukai sesuatu yang berlebih - lebihan termasuk berfoya - foya dalam menyelenggarakan resepsi pernikahan ), kepemilikan pribadi -- rumah dan kendaraan pribadi dan tabungan atau simpanan untuk persiapan masa depan mereka yang akan menikah, tetapi juga ada kesiapan mental. Apakah kita bisa menerima pasangan kita apa adanya dengan segala permasalahan yang ada pada dirinya dan keluarganya?Apakah kita bisa menyikapi segala macam perbedaan yang ada antara kita dengan pasangan dan antara kita dengan keluarga pasangan kita? Dan seterusnya...dan seterusnya...

Menikah, bukan hanya sekedar menghalalkan persetubuhan. Tapi dengan menikah, kita harus bisa memahami lebih dalam arti persetubuhan itu. Bagaimana caranya kita menyenangkan pasangan kita di atas ranjang? Bagaimana membuat kita dan pasangan sama - sama merasa puas? Tanpa ada yang merasa diabaikan hak nya di atas ranjang.

Menikah bukan berarti kehilangan kebebasan dan tidak lagi memiliki ruang pribadi. Kalau kita mencintainya dengan sungguh - sungguh, kita tak kan pernah membuatnya merasa terkekang. Walaupun demikian, kalau kita mencintainya, kita tidak akan membebaskan diri kita untuk hal - hal yang tidak membawa kebaikan bagi pernikahan kita. Berikan kepercayaan pada pasangan kita untuk bebas melakukan sesuatu selama masih dalam koridor kebaikan untuk dirinya dan pernikahan kalian dan tetap jaga kepercayaan yang sudah diberikannya.

Menikah sama dengan berbagi. Berbagi kasih sayang, berbagi rezeki, berbagi penghasilan, berbagi cerita, berbagi indahnya hidup, berbagi getirnya hidup. Berbagi itu sangat menyenangkan. Di kantor, suami pusing dengan segala macam urusan pekerjaan.....berbagilah dengan istri anda. Sang istri tidak harus membantu menyelesaikan masalah, cukup menjadi pendengar yang baik. Niscaya, berkuranglah penatnya. Istri baru dapat uang Arisan. Diajaknya suaminya makan ke cafe favorit sewaktu mereka berpacaran dulu. Berbagilah apapun dengan pasangan anda, baik itu kesedihan, kesusahan, kesenangan ataupun kebahagiaan. Tidak perlu ragu untuk membagi kesedihan atau pun kesusahan. Karena kita dipasangkan untuk selalu bersama dalam suka maupun duka.

Menikah itu berarti aku sanggup hidup dengannya. Ikhlas dan Ridho menjalani hari dan kehidupan dengannya. Bukan untuk sesaat, bukan untuk selangkah tapi untuk selama - lamanya. Bersamanya bergandengan dan berangkulan.
Sanggup untuk menerima segala kekurangannya....tanpa mencela kekurangannya. Bersedia mengusap air matanya di kala sedih dan menghibur hatinya di kala terluka.

Dengan menikah, kita merasakan cinta yang sebenarnya. Saat berpelukan, damainya hati ini. Ciumannya membangkitkan semua energi dan gairah. Diamnya membuat kita berusaha menginstrospeksi diri. Tawanya dan senyuman manisnya membawa nikmat yang tiada tara. Sedih dan tangisnya menjadikan kita malaikat yang selalu ada untuknya.

Menikah membawa langkah kita menjadi bijak dengan banyaknya hal - hal yang terkait di dalamnya, mendewasakan pemikiran dan sikap dengan aneka ragam polemik yang silih berganti.

Dan, dengan izin-Nya Dia ciptakan anugerah yang teramat berharga dari buah - buah cinta pernikahan. Mulai dari nikmatnya orgasme, nikmatnya kehamilan, nikmatnya melahirkan, nikmatnya menjadi ayah dan bunda, nikmatnya bersenda gurau bersama keluarga hingga nikmatnya aroma surga yang dijanjikan-Nya untuk rumah tangga yang sakina, mawaddah, wa rahmah.

No comments:

Post a Comment